Semoga bermanfaat

Kombinasi dari rumusan kata per kata yang memiliki isi dan makna tersendiri. Semoga dapat memberi manfaat bagi yang membaca. Salam kenal dari saya. ^^

Rabu, 10 Desember 2014

Secercah Harapan Bintang kepada Sang Bulan



       

       Gemericik air hujan menemani derap kaki yang terseok-seok melewati gelapnya malam. Ranting-ranting pohon menari-nari seakan melihat dan menyambut empunya kaki. Ia berhenti di sebuah rumah, sepi, tak ada orang, ia tertegun dan melihat arlojinya. Pantaslah, memang hari sudah menunjukkan tengah malam. Tangannya yang sedikit gemetar menarik ganggang pintu dengan sangat hati-hati, takut kalau ada yang mendengar, walau sekalipun itu adalah seekor tikus yang lewat.
        Setelah masuk, dengan rambut panjangnya yang masih acak-acakan, ia segera bergegas menuju kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.
---
        Pagi hari telah tiba, kokok ayam sudah mulai terdengar dan dilanjutkan sahutan lantunan azan shubuh. Sang surya pun masih malu-malu menampakkan dirinya untuk menyambut bumi pertiwi. Pada saat itu pula namun di tempat yang berbeda, Seorang jabang bayi tercipta dalam rahim seorang ibu. Ia baru saja berumur beberapa hari, tubuhnya yang masih sangat kecil menempel pada rahim ibunya dan mencengkram kuat, takut bila terpisah dari Sang Ibu. Meskipun masih sangat kecil, ia mulai merasakan getaran-getaran jiwa dari rahim ibunya. Ia sangat sayang ibunya.
Sebelum ia tercipta, ia bertanya kapada Para malaikat.
“Saya merasa cemas, jikalau saya terlahir di dunia sendirian, siapa yang akan menemani saya nanti? Menjaga saya di kala ketakutan dan merawat saya di kala sakit?” tanya Si Jabang Bayi .
Para Malaikat hanya tersenyum lalu berkata,
“Tentu saja kamu tidak akan sendirian, ada seseorang yang akan senantiasa menemanimu, menjagamu, dan merawatmu dengan sepenuh hati. Dan ia adalah seorang Ibu.”
        Dari perkataan itulah yang membuat Si Jabang Bayi merasa lega dan senang. Ia sangat menyayangi ibunya. Ia tak sabar ingin bertemu dan memeluk Sang Ibu. Hari ke hari, tahap-tahap pertumbuhannya selalu ia nikmati hingga akhirnya ia terlahir kelak ke dunia. Ia sudah mulai tak sabar.
---
        Namun, suatu hari, Ia tiba-tiba merasa terbentur oleh suatu benda yang cukup membuatnya kaget dan merasa sakit. Ia bingung dan takut. Lalu ia mencoba bertanya kepada sang Ibu melalui rahim.
“Ibu, apa yang sedang terjadi? Tidak apa-apa kan dirimu ini? Tubuhku tiba-tiba terasa sakit, seperti ada sesuatu yang menekan diriku?”
Tidak ada jawaban dari sang Ibu.
Kemudian tiba-tiba, ia merasa tidak enak badan,tubuhnya terasa lemas, letih dan perih. Lalu ia bertanya kembali kepada sang Ibu,
“Ibu, tubuhku tiba-tiba merasa lemas dan sakit. Apa yang sedang terjadi? Baik-baik sajakah Ibu ini?"
        Masih tidak ada jawaban dari sang Ibu. Namun, si Jabang Bayi yakin Sang Ibu akan selalu menjaganya walaupun ia belum bisa berkomunikasi secara langsung dengan sang Ibu. Ia tetap optimis dan bertahan untuk menyambut keinginannya mendapat pelukan hangat sang Ibu ketika ia terlahir kelak.
---
        Hari telah berganti, rasa itu kembali datang, kini terasa otaknya yang baru berkembang tiba-tiba seakan ingin pecah. Sakit sekali rasanya bak ribuan jarum menusuk kepalanya yang mungil. Ia tetap mencoba bertahan dan yakin sang Ibu akan terus menjaganya.
        Tetapi rasa itu kemudian semakin parah terasa, semakin sakit dan bahkan membuatnya semakin tak berdaya. Pertumbuhannya mulai terhenti, darah mulai menyelimuti tubuhnya. Dalam keadaannya yang demikian, setengah sadar ia terus mencoba memanggil sang Ibu.
“Ii..buu… Iiib..bu..Ibbuu… T..tollong s..sa..yyaaa……”
 lirih si Jabang Bayi.
        Karena sangking tak kuasa menahan rasa sakit yang teramat sangat, si Jabang Bayi akhirnya pergi. Meninggalkan sejuta keinginannya terlahir ke dunia dan bertemu ibunya.
        Namun, sebelum malaikat menjemputnya, ia sempat mendengar percakapan dua orang perempuan.
“Sudah selesai nak, sudah bersih sekarang.” Kata seorang nenek dengan suara paraunya.
“Si mbok yakin?! Masih sakit nih..” ucap seseorang yang usianya jauh lebih muda.
“Tenang saja. Sudah aman kamu sekarang. Dan ini, ada obat penawar buat rasa sakitmu itu” sahut nenek itu sambil menyodorkan sebungkus obat.
“Tapi mbok? Ini seperti obat pencahar?? Apa ini aman buat perut saya kalo saya minum?” tanya perempuan muda itu terlihat kebingungan.
“Sudahlah, jangan banyak omong kamu nak, minum sajalah itu dan tentunya aman. Lagian Obat-obatan dari saya semuanya dijamin aman dan manjur. Nyatanya kandunganmu pun sudah berhasil disingkirkan.” Jelas si nenek sekaligus mempromosikan produk kecilnya.
“iya mbok, terimakasih. Kalau kandungan itu masih ada, matilah saya nanti menanggung beban ini sendirian” kata perempuan muda itu.
“Lah memangnya dimana bapak dari anakmu ini?” tanya si nenek.
“menghilang mbok, setelah malam gerimis itu” lirih si perempuan muda.
 “hmm.. memang dasar para lelaki maunya yang enak dan senang-senang saja. Lah trus, apa sudah kau kabari bapaknya itu?”
celoteh si nenek, membuyarkan lamunan perempuan muda itu. Wajahnya yang mulai terlihat muram, kepalanya tertunduk melihat dasar lantai rumah si nenek., seperti ada rasa mengasihani diri sendiri terhadap suasana hatinya yang tiba-tiba jadi kalut. Ia menyesal. Ia teringat akan malam-malam itu, ketika ia selalu pulang malam dan harus mengendap-endap masuk rumah.
“mmm, belum sempat mbok, sekarang dia sulit dihubungi. Saya tengok ke tempat kosnya pun sudah nggak ada. Tapi kalau bayi ini sudah nggak ada, saya sedikit merasa tenang, karna Papa dan mamah nggak bakalan curiga lagi.” Jelas si perempuan muda, wajahnya kini terlihat mulai ringan ketika mengucapkan kalimat terakhir.
“Ooh, begitu. Yayaya, si mbok mengerti. Oh ya, soal biaya yang kurang, tenang saja kamu bisa menyusul besok yang penting udah ada uang mukanya yang gede” kata si nenek sambil tersenyum.
“Eh, dan satu lagi. Kalau besok kamu kembali lagi ke sini, tolong jangan pakai baju putih abu-abumu itu. Bikin orang curiga saja, bisa di grebek saya ngelayanin anak sekolahan kayak kamu.” Lanjut si nenek yang kemudian mengambil seputung rokok yang ada di atas meja.
“Oh, iya mbok.” Jawab si perempuan muda itu. Lalu ia langsung berpamitan pulang.
---
        Di sisi lain, roh si Jabang Bayi yang dari tadi sempat memperhatikan pembicaraan mereka, merasa sangat sedih dan terpukul. Hatinya hancur dan berkecamuk, merasakan antara sedih, marah, kecewa, dan sakit hati. Dosa apa yang telah ia lakukan? Kesalahan apa yanf telah ia perbuat? Sehingga membuat sang Ibu membencinya hingga sampai ia tega membunuh anaknya sendiri. Anak yang sesungguhnya tidak tahu menahu tentang apa-apa, ia belum mengerti apa itu dunia, apa itu kehidupan manusia, apa itu arti hidup, apalagi tentang apa itu dosa. Yang ia tahu hanyalah perasaan yang tumbuh dari dirinya tentang rasa sayang dan cinta terhadap sang Ibu. Namun, apa yang terjadi?. Kebeodohan cinta yang fana, dorongan hawa nafsu yang menggila serta bisikan syaitan telah menyebabkan si Jabang Bayi menjadi korban.


***TAMAT***

2 komentar: