Semoga bermanfaat

Kombinasi dari rumusan kata per kata yang memiliki isi dan makna tersendiri. Semoga dapat memberi manfaat bagi yang membaca. Salam kenal dari saya. ^^

Jumat, 15 Januari 2021

Latihan Tes Morfologi

 1.  Apa yang dimaksud dengan satuan atau bentuk linguistik? Berilah contoh !

Jawab :

Satuan atau bentuk linguistik adalah satuan-satuan bahasa yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatikal. Contohnya, wacana, kalimat, klausa, frasa, kata, morfem.

 

2 .a. Apa yang dimaksud dengan bentuk tunggal?

 b. Apa yang dimaksud dengan bentuk kompleks?

 c. Nomor 2a dan 2b masing-masing berilah contoh!

Jawab:

a.   Bentuk tunggal adalah salah satu gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi dan belum mendapat afiks (imbuhan) atau bentuk yang belum mendapat afiksasi.

b.   Sedangkan, yang dimaksud dengan bentuk kompleks adalah satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil dan bentuk yang sudah mendapat afiks atau bentuk yang sudah mengalami afiksasi.

c.   Contoh bentuk tunggal : jalan

Contoh bentuk kompleks: kecintaan, kelamaan, melupakan.

3. a. Jelaskan dengan contoh bentuk bebas!

  b. Jelaskan dengan contoh bentuk terikat

                Jawab:

a.   Bentuk bebas adalah satuan bentuk linguistik yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, dan bentuk yang belum mendapat afiksasi, dan memiliki arti leksikal. Contohnya: pensil, celana, roda, tari,

b.  Bentuk terikat adalah bentuk linguistik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, dan bermakna gramatikal. Contohnya: dari, ke, dan, di, jika, karena.

 

4.  Jelaskan perbedaan bentuk terikat secara morfologis dengan sintaksis

                Jawab: 

            Bentuk terikat morfologis ialah bentuk yang hanya dapat dipakai dalam tuturan biasa. Jika melekat pada bentuk lain, dan bersama-sama membentuk sebuah kata, misalnya mencari.

            Bentuk terikat sintaksis adalah bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, tetapi secara gramatis mempunyai sifat bebas dan pemakaiannya selalu terikat pada bentuk lain yang bersama-sama membentuk satuan-satuan sintaksis. Misalnya, di pada bentuk di Semarang.


5. a. Jelaskan dengan contoh pengertian bentuk dasar!

    b. Jelaskan dengan contoh pengertian bentuk asal!

                Jawab:

a. Bentuk dasar adalah bentuk baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar bentukan    bagi bentukan yang lebih besar.

b. Bentuk asal adalah satuan yang paling kecil yang menjadi asal suatu kata kompleks. Contohnya: kata kelanjutan, terbentuk dari bentuk asal lanjut mendapat imbuhan afiks ke-an menjadi kelanjutan, kemudian mendapat imbuhan afiks ber- menjadi berkelanjutan.

      

6.  a.  Jelaskan dengan contoh pengertian unsur !

     b. Jelaskan dengan contoh pengertian unsur langsung !

     c. Bagaimana cara menetukan unsur-unsur pada kata kompleks ?

                Jawab:

a.  Unsur  adalah bentuk-bentuk yang membangun bentuk kompleks. Contohnya:  bersamaan.

b.  Unsur langsung adalah bentuk-bentuk yang langsung membentuk bentuk kompleks. 

     Contohnya:  berjalan, bersama, bermain, bersepeda.

c.  Penentuan unsur langsung sebuah bentuk kompleks dapat dilakukan dengan

     1. Mencari kemungkinan adanya satuan yang satu tingkat lebih kecil.

    2. Berdasarkan faktor arti atau makna.

Majemuk, Idiom, dan Frasa

Konsep dan Perbedaannya


1. Pendahuluan

Penggabungan kata atau pemajemukan (compounding) merupakan salah satu proses pembentuk kata. Pembentukan kata itu merupakan proses yang produktif dalam hampir semua bahasa. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, terdapat bentuk kaki yang berarti anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan, (dari pangkal paha ke bawah) dan meja berarti perkakas (perabot) rumah yang mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai penyangganya (KBBI, 2009).  Untuk mewadahi konsep bagian bawah meja, penopang, atau penyangga meja digunakan proses penggabungan kata kaki dengan meja menjadi kaki meja dengan analogi kaki manusia yang berarti bagian bawah meja.

Ada beberapa istilah untuk menyebut hasil penggabungan kata itu. Misalnya, Alisjahbana (1953) menggunakan istilah kata majemuk yang merujuk pada gabungan dua buah kata atau lebih yang memiliki makna baru. Definisi itu merupakan identitas idiom (lihat Katamba 1994:291). Fokker (1951) menggunakan istilah kelompok kata yang dibedakan menjadi kelompok erat  untuk menyebut idiom dan kelompok longgar untuk bukan majemuk. C.A. Mees (1957) menggunakan istilah kata majemuk dan aneksi. Istilah pertama untuk idiom dan terakhir untuk yang nonidiomatis. Kridalaksana (1989) menggunakan istilah paduan leksem atau kompositum. Sama dengan Alisjahbana, Alwi (1998) dan Moeliono menyebut penggabungan kata dengan majemuk.

Dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa istilah majemuk lebih banyak digunakan untuk merujuk pada gabungan dua atau lebih leksem atau ata. Para ahli hanya berbeda pendapat dalam memberi istilah untuk tiap-tiap gabungan kata yang memiliki makna idiomatis dengan yang tidak.  Oleh karena itu, sering muncul pertanyaan apakah majemuk itu berbeda atau sama dengan idiom atau bahkan dengan frasa?

 

2. Analisis

Majemuk (Compounds)

Untuk menampung konsep yang belum terwadahi dalam sebuah kata, digunakan gabungan kata atau leksem yang dikenal dengan mejemuk, kompositum, atau perpaduanyang dalam bahasa Inggris disebut dengan compounds. Kata kunci dari majemuk adalah gabungan kata atau leksem. Menurut Bauer (1988), majemuk adalah leksem baru hasil dari gabungan dua leksem atau lebih. Katamba (1994:291) mengatakan bahwa majemuk adalah kata yang terdiri atas, minimal, dua dasar yang tiap-tiap dasar dapat berdiri sendiri. Kridalaksana (2008) menyebutnya sebagai gabungan leksem dengan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang memiliki pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan.

Untuk mengidentifikasi antara majemuk dan bukan majemuk,  Kridalaksana (2007) merumuskan tiga hal berikut.

  • Ketaktersisipan. Di antara komponennya tidak dapat disisipi apa pun. Misalnya, angkat bicara merupakan majemuk karena tidak dapat disisipi apa pun. Bandingkan dengan alat negara yang merupakan frasa karena dapat disisipi dari.
  • Ketakterluasan. Komponennya tidak dapat diafiksasi dan dimodifikasi,  kecuali keseluruhan. Misalnya, kereta api tidak biasa dibentuk menjadi perkerataan api. Bentuk itu hanya dapat diperluas semua komponennya menjadi perkerataapian.
  • Ketakterbalikan. Komponennya tidak dapat dipertukarkan. Misalnya naik daun tidak dapat dibalik menjadi daun naik tanpa mengubah maknanya.

 

Idiom (Idioms)

Idiom adalah entitas leksikal yang lebih berfungsi sebagai sebuah kata, walapun terdiri atas beberapa kata (Katamba, 1994:291). Kridalaksana (2007) mendefinisikan idiom sebagai konstruksi yang maknanya tidak sama dengan makna komponennya. Kridalaksana juga membedakan idiom dari semiidiom. Semiidiom menurutnya adalah konstruksi yang salah satu komponennya mengandung makna khas yang ada dalam konstruksi itu saja, misalnya mata kaki  dan harga diri.

Di Scullio dan Williams (dalam Katamba, 1994) menyebut idiom dengan istilah listemes karena kata tersebut harus listed  dalam leksikon yang kekhasan maknanya tidak tunduk pada kaidah.

Literasi

 Apa itu literasi?

    Istilah literasi selalu  berkaitan dengan  kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Berkembangnya zaman, pemahaman, dan penalaran, literasi tidak selalu identik dengan hal tersebut. Literasi bisa sangat luas cakupannyaKirsch dan Jungeblut dalam buku Literacy: Profile of America’s Young Adult mendefinisikan literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Dalam perkembangan waktu juga, pengertian literasi bukan hanya berkaitan dengan keaksaraan atau bahasa, tetapi berkembang menjadi konsep fungsional pada dasawarsa 1960-an, yaitu literasi berkaitan dengan berbagai fungsi dan keterampilan hidup (Sofia Valdivielso Gomez, 2008). 

    Konsep Literasi dipahami sebagai seperangkat kemampuan mengolah informasi, jauh di atas kemampuan menganalisa dan memahami bahan bacaan. Dengan kata lain, literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga mencakup bidang lain, seperti ekonomi, matematika, sains, sosial, lingkungan, keuangan, bahkan moral (moral literacy).

Dalam dunia pendidikan, serbuan teknologi informasi yang semakin gencar dalam dunia pendidikan menggunakan istilah multiliterasi, bahkan multiliterasi kritis (critical multiliteracies). Secara sederhana dapat dikatakan istilah ini menunjukan pada kondisi mampu secara kritis menggunakan berbagai wahana dalam berkomunikasi.~