Seusai
melewati jalan yang berliku, berkelok kelok dan berangin tibalah penulis di
sebuah tempat. Apabila dilihat dari fisiknya tidak begitu teristimewa sebenarnya,
terkesan simpel dan minimalis. Ukurannya tidak begitu lebar maupun panjang.
Jauh dari suasana ketenangan kecuali saat tengah malam tiba. Di ruangan
tersebut sering muncul beragam ekspresi yang dihadirkan oleh orang orang yang
berkunjung. Penulis berharap saat dia menginjakan kaki dalam ruangan tersebut dan
berniat tinggal beberapa saat di ddalam ruangan tersebut, dia juga akan
tertular sedikit keberkahan dari pencipta ekspresi-ekspresi hangat dan murni
sehingga dapat membantu penulis untuk memotivasi dan menyelesaikan tugas
merangkai kata dan bahasa dalam suatu bentuk kajian pada sebuah puisi.
Istilah
untuk memulai dan membiasakan sesuatu harus dipaksa mungkin ada benarnya. Saat
penulis mendapat tugas untuk lebih mendalami dan menelaah mengenai puisi mau
tidak mau harus membiasakan berdekatan dengan puisi atau seperti istilah yang
sering digunakan yakni PDKT
(pendekatan) dengan puisi. Penulis yang dulunya terkesan acuh tak acuh kepada
puisi sekarang mulai tertarik dan merilik lirik atas keberadaan puisi dan
berusaha mengenalnya lebih dalam dengan menelaah makna yang terkandung
didalamnya, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Ketertarikan tersebut
semakin kuat saat penulis berusaha menyelami puisi-puisi yang terdapat dalam
buku “Perayaan Laut” karya Setia Naka Andrian. Beliau sebagai
sumber ide dalam buku tersebut merupakan sosok yang berpengalaman, bisa
terlihat pada bagian buku beliau halaman 106. Penulis semakin dibuat tertarik
terhadap puisi. Hal itu semakin mengerut
ketika pandangan penulis tertuju pada sebuah puisi berjudul “Emansipasi
Mutakhir”. Saat membaca judulnya penulis bertanya-tanya kemutakhiran yang
seperti apa yang dimaksud. Rangkaian kata-kata yang indah, penyusunan diksi
yang tersusun rapi dan penuh makna semakin membuat penulis menjadi tertarik dan
penasaran.
Persamaan
antara pria dan wanita apabila diibaratkan sudah sama, lalu apa yang
kemungkinan terjadi selanjutnya , kontribusi apa yang bisa diberikan atau
dilakukan oleh si wanita. Apakah akan terjadi kemajuan peradaban yang
signifikan atau bahkan malah berdampak sebaliknya. Disisi lain posisi wanita
sebenarnya masih memiliki tanggungan lahiriah yang tetap tak jauh dari urusan
dapur, urusan anak ataupun mengenai urusan tentang mendampingi pria. Apakah
memang masih perlu kesamaan hak seutuhnya antara wanita dan pria? Emansipasi
yang seperti apa yang pas ditujukan bagi kaum wanita dengan tidak melalaikan
tanggungan lahiriah mereka.
Dilihat
dari segi ekonomi, apabila emansipasi berguna untuk membantu peningkatkan
kemakmuran keluarga manusia sepertinya akan sama saja dan tidak akan ada
ujungnya karena manusia sering merasa selalu kurang. Apalagi jika pada akhirnya
emansipasi untuk mendorong kemakmuran ekonomi tersebut menjadi jalan wanita
untuk menjajakan dirinya sebagai kupu kupu dini hari dan berpulang saat fajar.
Semakin mengkhawatirkan lagi apabila suatu saat emansipasi mutakhir terus
berjalan tanpa batas dan henti, anak-anak kota semakin sulit menghafal jati
diri mereka dari ibu karena akibat sudah dibiasakan diurus oleh orang lain
sebagai efek kesibukan dari kedua orang tuanya, terutama ibu.
Nama : Nichlatul Nadya Ulfa
NPM : 14410123
Kelas : 4 C
(NB; alhamdulillah akhirnya tulisan ini bisa termuat juga guna memenuhi tugas kuliah dalam blog setelah beberapa kali terjadi pengiriman gagal sejak kemarin ^^ #jaringan kurang mendukung )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar